Generasi
arogan dan pemarah lahir dari kondisi lingkungan yang stres. Mereka
merasa menang dan tak mau kalah. Individualis tanpa empati. Mereka tidak mampu
menangkap apa yang dirasakan orang lain. Tingkat peka sosial mereka rendah.
Sehingga apa yang diaktualisasi sangat merugikan.
Interaksi nyata dari orang yang arogan dan
pemarah sangat minim. Penyebabnya bisa dari dalam maupun luar diri. Dari dalam
diri kerena sifat yang dimiliki orang itu. Sedangkan dari luar, bisa disebabkan
oleh keengganan dari orang lain untuk berinteraksi dengannya. Hal ini
menyebabkan orang yang arogan dan pemarah kehilangan rasa empatinya.
Dengan sedikitnya interaksi nyata yang dimiliki
sifat arogan dan pemarah semakin memuncak.
Terlebih dengan perkembangan gadget dan medsos, semakin menambah
keegoisan. Mereka bisa melampiaskan apa yang dirasakan tanpa kontrol. Mereka mampu
menalar dengan baik, akan tetapi tanpa dilengkapi kecerdasan emosi. Orang-orang yang arogan dan pemarah ini
seringkali bersembunyi pada akun-akun palsu untuk sembunyikan jatidiri.
Melihat kondisi seperti ini maka diperlukan suatu
cara bagaimana generasi arogan dan pemarah bisa diatasi. Kerjasama pemerintah
dengan masyarakat diperlukan untuk mewujudkan generasi cerdas, santun dan
ramah. Pemerintah bisa mewujudkan ruang-ruang publik yang berguna untuk melatih
rasa empati. Diruang-ruang publik masyarakat bisa beraktivitas untuk bertatap
muka. Dalam ruang publik masyarakat dapat melihat ekspresi hasilkan empati. Bukan
sekedar emoticon yang bisa jadi ungkapan kepalsuan dari komunikan. Ruang publik
dapat meleburkan rasa egois mereka kedalam perbedaan-perbedaan yanga ada.
0 komentar:
Post a Comment