Pages

Monday, May 23, 2016

Politik Etis dan Kebiasaan Balas Budi


Politik etis dilaksanakan di Indonesia pada tahun
1900-1914. Penjajah melaksanakan balas budi kepada negeri jajahannya bukan karena beramal baik.
Tetap saja akan ada imbal balik terhadap pihak penjajah. Politik etis atau lebih dikenal dengan politik balas budi tidak semata penjajah ingin menyejahterakan kaum terjajah. Mereka akan tetap berharap keuntungan besar sehingga kelanggengan penjajahan akan terus berlangsung tiada akhir.
Politik etis yang diterapkan di Indonesia kala itu memfokuskan dalam tiga hal yaitu edukasi, imigrasi dan irigasi.
Lalu,
Apakah politik etis benar untuk negeri jajahannya?
Ketika benar tentu tidak akan muncul kontradiksi perlawanan.
***
Kebiasaan politik etis masih terbawa hingga kini. Kebiasaan tolong menolong, ikhlas tanpa pamrih senantiasa luntur. Seakan tindakan ikhlas menolong adalah tindakan yang merugikan.
Hal seperti ini yang harus dihapuskan. Pikiran menolong harus dengan mendapatkan imbal balik langsung harus dihilanngkan.
Kita harus mengganti dengan pola baru. Menolong tanpa pamrih, menolong tanpa syarat. Kalau menolong, ya sudah tolong saja tanpa berpikir yang lain.

Insya Allah jika lakukan hal tersebut, kelancaran dan keberkahan senantiasa terlimpah kepada kita semua.

Sunday, May 22, 2016

Soekarno in WPAP


Soekarno dan Politik Etis

Politik etis melahirkan generasi pembaca dan pemikir. Penjajah terpaksa memberikan pendidikan karena ingin mendapatkan tenaga kerja yang terdidik tapi murah. Maka dibangunlah pendidikan praktis. Dalam pendidikan praktis peserta didik hanyalah diberikan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan kolonial tanpa pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih komprehensif.  Tapi dalam politik etis melahirkan kontradiksi yang tak sesuai dengan harapan pemakainya.


Dari pendidikan praktis yang diniatkan untuk mendapat tenaga murah malah  memunculkan orang-orang yang kritis, memberontak dan melawan. Soekarno, adalah contoh hasil kontradiksi itu. Dia dengan pemikirannya, dia dengan tindakannya adalah kontradiksi politik etis.

Sebagai wujud kontradiksi-kontradiksi politik etis Soekarno tidak asing dengan penjara dan pembuangan. Salah satu pledoinya yang terkenal yaitu Indonesia menggugat. Menggambarkan bagaimana Indonesia seharusnya.