Pages

Tuesday, March 29, 2011

Empat Pintu Masuk Maksiat Pada Hamba

Akan sangat ruginya kita, jika senantiasa terlarut dalam kemaksitan. Yang tidak terasa karena terbiasa. Mengakarkan dalam kehidupan kita, karena telah menjadi budaya. Alangkah beruntungnya orang yang beriman, yang tidak jatuh kedalam keindahan yang fana.
Agar kita bisa terhindar dari godaan yang melenakan kita, mari kenali lebih dekat dari mana saja kemaksiatan itu masuk kedalam diri kita. Menurut  Imam Ibnu Qayyim Al-jauziyah ada empat pintu yang bisa dilewati oleh kemaksiatan untuk melenakan diri kita:
1. Al-Lahazhat (Pandangan Pertama)
Yang satu ini bisa dikatakan sebagai 'provokator' syahwat atau 'utusan' syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan merupakan pokok dalam usaha menjaga kemaluan. maka barangsiapa yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, niscaya dia akan menjerumuskan dirinya sendiri pada jurang kebinasaan.
2.  Khatharat (Pikiran Yang Melintas Di Benak)
Adapun "Al-Khatharat" (pikiran yang melintas di benak) maka urusannya lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya aktifitas, yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan (untuk melakukan sesuatu) yang akhirnya berubah menjadi tekad yang bulat. Maka, barangsiapa yang mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang melintas di benaknya, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan nafsunya. Namun, orang yang tidak bisa me- ngendalikan pikiran-pikirannya, maka hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya. Dan barangsiapa yang menganggap remeh pikiran-pikiran yang melintas di benaknya, maka tanpa dia inginkan, akan terseret pada kebinasaan. Pikiran-pikiran itu akan terus melintas di benak dan di dalam hati seseorang, sehingga akhirnya dia akan menjadi angan-angan tanpa makna(palsu).
3. Al-Lafazhat (Kata-Kata Atau Ucapan)
Adapun tentang Al-Lafazhat (kata-kata atau ucapan), maka menjaga hal yang satu ini adalah dengan cara mencegah keluarnya kata-kata atau ucapan yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai dari lidah. Misalnya dengan tidak berbicara kecuali dalam hal yang diharapkan bisa memberikan keuntungan dan tambahan
menyangkut masalah keagamaannya. Bila ingin berbicara, hendaklah seseorang melihat dulu; apakah ada manfaat dan keuntungannya atau tidak? Bila tidak ada keuntungannya, dia tahan lidahnya untuk berbicara. Dan bila dimungkin kan ada keuntungannya, dia melihat lagi; apakah ada kata-kata yang lebih menguntungkan lagi dari kata-kata tersebut? Bila memang ada, dia tidak akan menyia-nyiakannya.
4. Al-Khathawat (Langkah Nyata Untuk Sebuah Perbuatan)
Adapun tentang Al-Khathawat (langkah nyata untuk sebuah perbuatan), hal ini bisa dicegah dengan komitmen seorang hamba untuk tidak menggerakkan kakinya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala-Nya, bila ternyata langkah kakinya itu tidak akan menambah pahala, maka mengurungkan langkah tersebut tentu lebih baik baginya. Dan sebenarnya bisa saja seseorang memperoleh pahala dari setiap perbuatan mubah yang dilakukannya dengan cara meniatkannya untuk Allah, dengan demikian maka seluruh langkahnya akan bernilai ibadah.

Selengkapnya dapat di download dibawah ini:
empat pintu masuk maksiat  

0 komentar: