Pages

Sunday, November 28, 2010

Menikmati Kegagalan


Mengalami kegagalan ibarat mengunyah brotowali, pahit rasanya dan sangat tidak enak. Ini merupakan ilustrasi kegagalan yang tidak diinginkan setiap orang. Apalagi kita sudah mengerahkan usaha secara maksimal. Factor keberhasilan telah terpenuhi, akan tetapi hasil jauh dari harapan kita. Oleh karena itu sangat wajar jika ada orang yang frustrasi bila kegagalan ini terjadi pada diri mereka. Kegagalan memang sebuah takdir yang tidak dapat diubah. Namun, frustrasi bukanah jawaban yang tetap untuk mengubah keadaan ketika gagal.  Kegagalan adalah keniscayaan tapi bangkit dan berusaha lagi  adalah sebuah pilihan. Inilah yang membedakan antara pemenang dan pecundang.
Tak ada kambing hitam
Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan dengan bentuk dan kadar gagal yang berbea-beda. Agar lebih baik tetaplah berpkir positf, bahwa itu semua adalah langkah awal menuju titik kemenangan. Rasulullah pernah mengalami saat terberat dalam hidupnya yaitu saat berdakwah pada orang-orang thaif. Beliau sangat berharap mereka bisa memeluk Islam. Namun tak ada satu pun yang mau menerima. Ajakan ramah beliau dijawab dengan cercaan dan siksaan. Coba bayangkan, seorang rasul yang mulia diusir keluar kampung ibarat seorang penjahat. Beliau terus dilempari dengan batu dan kerikil sejauh tiga mil.   Beliau pun berdarah-darah, begitu pula dengan sahabat yang menemaninya dan pasang badan untuk melindungi beliau,  Zaid bin Haritsah. Namun yang paling menyakitkan bagi beliau ialah jawaban ketua kaum Thaif, “Apakah Allah tidak menemukan orang lain sehingga terpaksa mengangkatmu sebagai Rasul?”
Pada saat kritis seperti itu, optimism tak boleh mati. Keimanan terhadap takdir tak boleh goyah. Keyakinan ini membawa harapan bahwa Allah selalu memberikan kemenangan dan jalan keluar. Faiina maal usri yusra, setiap kesulitan membawa kemudahan. Oleh karena itu doa yang mengalir dari Rasulullah adalah harapan,
Allahummahdi kawmiy fainnahum la ya’lamun
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku. Sungguh merek hanyalah orang yang tidak tahu.”
Celah itu tetap ada
Sejarah Islam pernah menorehkan prestasi hebat lewat seorang ilmuan bernama Hasan bin Al Haitsam. Beliau adalah ilmuan muslim pertama yang menggunakan pendekatan modern dalam studinya, yaitu berdasarkan pengumpulan data  melalui pemantauan dan pengukuran, yang diikuti tahap formulasi dan pengujian hipotesa guna menjelaskan daa yang didapat.  Beliau menemukan teori tentang cahaya alami dan refleksi. Beliau juga mengembangkan teori yang disebut sebagai mekanisme benda angkasa yang menjelaskan orbit planet. Bukti penelitian Al  Haitsam dibidang astronnomi masih dapat ditemukan di museum Iskandariyah hingga saat ini. Dibalik semua kisah itu,  beliau tetap manusia dan pernah terpuruk dalam kegagalan. Bahkan pernah dipenjara dan  dikucilkan antara tahun 1011-1021, setelah gagal menyelesaikan tugas yang diberikan oleh khalifah yang memintanya menyelesaikan masalah tentang pengaturan penanggulangan banjir sungai nil.  Dia baru dibebaskan karena khalifah yang menghukumnya meninggal dunia.
Kisah ini mengajarkan bahwa , pantang menyerah adalah cirri orang yang sukses. Semangat ini terus membuka jalan untuk tetap terus berkarya. Kegagalan dimaknai sebagai waktu untuk rehat dan istirahat sejenak. Jadi, gagal bukan akhir segalanya. Al haitsam telah membuktikannya, beliau telah berhasil menyusun 100 penelitian ilmiah dalam berbagai topic dibidang fisika dan matematika.
Anda Luar Biasa !  
Ibnu Kaldhun, dunia mendaulatnya sebagai bapak Sosiologi Islam. Sebagai salah satu ilmuan hebat yang buah pikirannya amat berpengaruh. Tidak hanya dikagumi ulama muslim tapi sederet ilmuan arat kagum kepadanya. Buah karyanya kitab Al Mukhaddimah, hingga kini dijadikan referensi oleh para sarjana ilmu social diseluruh dunia.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa beliau pernah mengalami  masa sulit dan kegagalan. Salah satunya adalah kegagalan dalam dunia politik praktis. Akhirnya beliau mentalak dunia politik dan kembali ber-tafaqquh fiddin (belajar ilmu agama). Dalam masa penyepiannya ini beliau menulis Al Mukhaddimah. Sebuah buku yang menjadi dasar ilmu sosiologi. Karya ini membuat namanya tetap dikenang hingga kini.
Kegagalan adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi dan instropeksi diri. Apakah kita telah mengambil jalan yang tepat atau tidak.  Apakah cara tersebut benar atau salah? Ini juga merupakan saat yang tepat untuk mengenali bakat yang terpendam. Bisa jadi kelebihan ini tidak bisa terlihat karena kita sibuk mengurusi hal-hal yang lain. Kenalilah diri sendiri dan fokuslah pada hal itu.


Guru   yang Paling Ampuh
Suatu kisah kegagalan yang sangat telak terjadi ketika perang Uhud. Tujuh puluh sahabat tewas pada pertempuran ini dan ratusan lainnya terluka-luka. Bahkan pipi Rasulullah tertembus besi hingga melukai gerahamnya. Kegagalan ini terjadi karena pasukan pemanah pergi meninggalakan postnya yang beraada diatas bukit. Sebelumnya, 300 tentara muslim meninggalkan medan perang akibat provakasi orang munafik.
Kegagalan ini menyajikan kesedihan bagi sahabat. Namun memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kaum muslimin tentang pentingnya taat kepada pemimpin, tentang mengorbankan ego pribadi demi kemanfaatan umat. Dan, membuktikan bahwa menuruti keinginan pribadi atas kepentingan bersama harus ditebus dengan mahal.  Selain itu, para sahabat belajar  untuk tidak melibatkan orang munafik dalam peperangan. Keberadaan orang munafik bak pepatah “bagai duri dalam daging”  geakannya merusak bagian sekelilingnya.  Karena itulah Rasulullah selalu Manahan keinginan orang munafik untuk ikut berperang, seperti pada perang khaibar. Setelah itu, tidak pernah terdengar lagi  bahwa kaum muslimin mengalami kegagalan yang serupa.
Seperti itulah tipikal orang-orang yang sukses, proses menuju keberhasilan begitu berliku dan unik. Mereka memaknai kegagalan sebagai bagian dari rangkaian proses kesuksesan. Kegagalan adalah bahan evaluasi.  Hasilnya adalah ilmu dan pengalaman. Seorang muslim boleh gagal karena gagal adalah guru yang paling berharga. Keberhasilan  membawa kebahagiaan sedangan proses kegagalan member ilmu dan pengalaman yang paling berguna bagi dirinya maupun orang lain. Jangan takut gagal. Temukan factor penyebab kegagalan itu dan perbaikilah. Tetaplah menjadi seorang mukmin yang kuat yang tidak tersandung pada batu yang sama. Rasulullah bersabda, “Seorang mukmin tidak jatuh dua kali ke lubang (yang sama).” (HR. Bukhari)
Barangkali ini adalah sebuah jawaban kenapa ada dua oranf yang sama-sama gagal, tapi akhirnya bernasib berbeda. Orang yang sukses belajar dari kegagalannya. Tidak menyalahkan orang lain. Mencari factor-faktor kegagalan kemudian memperbaikinya. Mereka tidak mau berlama-lama “menikmati” kekalahan. Mereka berusaha mengambil pelajaran yang kemudian menjadi pengalaman yang berharga.

Inspirasi:
Ar-risalah no.97/IX/1 rajab-sya,ban/juli2009    
  

0 komentar: