Pages

Friday, April 7, 2017

Bung Karno Mencari dan Menemukan Tuhan

  • Ketika seseorang sedang dirundung masalah yang sangat berat dalam hidupnya, tidak ada yang sanggup menenangkan hati dan pikirannya kecuali dengan mendekatkan diri kepada Tuhan semesta alam.

    Sebagai manusia biasa, Koesno Sosro Soekarno atau yang lebih dikenal dengan Soekarno atau Bung Karno, pemimpin besar revolusi, proklamator kemerdekaan Indonesia, juga kerap menghadapi masalah.

    Salah satu masalah besar yang sangat mengguncang hidupnya adalah saat dia memulangkan istrinya Siti Oetari ke rumah orangtuanya. Untuk pertama kalinya, Bung Karno gagal membangun rumah tangga.

    Saat tengah dirundung masalah itulah Bung Karno menemui Haji Agus Salim yang tengah berkunjung ke Bandung. Saat itu, Bung Karno ingin bertukar pikiran soal pergerakan kemerdekaan dengan Agus Salim.

    Namun diskusi melebar hingga membahas soal agama dan Allah. Siraman rohani tokoh Islam jempolan ini sangat dibutuhkan Bung Karno yang jiwanya sedang kering akibat masalah cintanya kepada Oetari.

    Tetapi dalam perkembangannya, Bung Karno malah terlibat saling berbantah dengan Agus Salim soal pengertian Allah. Pembicaraan antar keduanya dilakukan hingga larut malam, namun tanpa titik temu. "Saya belum tahu betul tentang Allah, tapi saya merasa pasti bahwa Allah yang tuan 'gambarkan' itu tidak cocok dengan pendapat saya," demikian kata Soekarno mengakhiri perdebatan mereka.

    Melihat sikap Soekarno yang keras kepala, Agus Salim hanya bisa menggelengkan kepala. Dia lalu berdoa, semoga Allah SWT menerangi pemikiran Soekarno yang tengah mencari Tuhan nya sendiri.

    Hasil diskusi dengan Agus Salim membuat jiwa Soekarno muda makin penasaran dan berusaha lebih keras mencari jawaban tentang sosok Tuhan. Dia lalu menemui seorang pastor Katolik Van Lith.

    Diskusi dengan pemimpin besar umat Katolik itu sekali lagi berujung debat kusir. Sikap Soekarno yang keras bahkan membuat sang pastor marah dan mengecapnya sebagai seorang pemuda durhaka. "Kau ini orang durhaka, 
    berani menjelekkan Tuhan," kata sang pastor geram. Namun dijawab candaan oleh Bung Karno, "Tuhan akan mengampuni saya," balas Soekarno yang makin membuatnya dongkol.Bagi Soekarno, kebesaran Tuhan bukan hanya soal yang baik-baik saja. Tetapi juga segala yang buruk. Namun, bagi pastor Van Lith, segala yang buruk bukan bersumber dari Tuhan, melainkan dari iblis.


  • Upaya Bung Karno mencari Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Dia lalu terjun ke desa-desa, keluar masuk kampung mencari Tuhan. Berharap menemukan Nya di tempat berdebu, seperti ungkapan Leo Tolstoy.

    Bung Karno Mencari dan Menemukan Tuhan

    Namun di tempat itu dia tidak mendapatkan apa-apa. Tuhan yang dicarinya tidak pernah ada. Dia pun mulai berpaling kepada buku-buku yang mengulas soal kebatinan dan mendapatkan petunjuk.

    Melalui bacaanya atas Bibel, Alquran, Hinduisme dan Budhaisme, pelan-pelan kesadaran Soekarno soal Tuhan mulai terbangun. Namun, dia tetap merasa belum menemukan Tuhan yang dicarinya.

    Saat itu, dia teringat dengan ungkapan Goethe yang menyatakan, siapa yang masih berdaya tandanya dia masih kesasar. Merasa yag dicarinya sia-sia, Soekarno tampak putus asa dan mulai menyerah.

    Saat dalam perasaan lelah itulah, Tuhan datang menghampirinya. Dia pun mengingat kembali masa-masa bertemu Oetari, hingga diminta adik Tjokroaminoto, yakni Abikoesno untuk kawin gantung.

    Pernikahan itu dilangsungkan saat Soekarno masih berusia 18 tahun, dan Oetari berusia 14 tahun. Keduanya pun mengaku tidak pernah tidur bersama sebagai pasangan suami istri seperti orang menikah.

    Namun begitu, keduanya saling menyayangi. Tetapi sayang keduanya saling bertolak belakang. Sayang Soekarno kepada Oetari lebih sebagai adiknya, karena melihat Tjokroaminoto sudah seperti bapaknya.

    Seperti diungkapkan sendiri oleh Soekarno kepada ibunya. "Saya mencintai dia sampai hari ini, tapi ibu, cinta kami bukan cintanya suami-istri, tetapi cinta sebagai dua saudara," ungkap Soekarno.

    Usai mengingat berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu bersama Oetari, Soekarno juga mengingat peristiwa awal perkenalan bapak dan ibunya di Bali, lalu menikah dan lahir lah dia di Surabaya.
  • Dari berbagai peristiwa itu, pemikiran Soekarno tentang Tuhan mulai terbuka. Menurutnya, semua peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, dan yang dialaminya sendiri adalah sesuai kehendak Tuhan.Pergumulan batinnya mulai menemui titik terang. Soekarno telah menemukan Tuhan nya. Tuhan yang ditemukan Soekarno adalah dalang yang mengatur jagat alam raya beserta seluruh isinya.

    Tuhan dalam pengertian Soekarno bukan yang hanya berada di tempat suci, tetapi juga di tempat berdebu. Bentuknya bukan berhala, batu, apalagi kayu. Tuhan yang ditemukan Soekarno tidak berwujud.

    Tuhan yang ditemukan Soekarno adalah Tuhan milik semua agama dan manusia. Pencarian Soekarno pun tidak sia-sia, meskipun dia harus mendapat cap keras kepala dari Agus Salim dan durhaka dari Van Lith.

    Setelah menemukan Tuhan yang dicarinya, kesedihan Soekarno pun mulai berangsur hilang. Setiap langkahnya dalam pergerakan pun semakin mantap. Soekarno memainkan perannya dengan sempurna.

    Demikian uraian pendek Cerita Pagi kali ini diakhiri. Semoga apa yang dialami Soekarno dalam mencari Tuhan dapat memberikan dampak positif kepada para pembaca.

    Sumber: Im Yang Tjoe, Soekarno sebagi Manoesia, Boekhandel Ravena Solo, 1933, ditulis kembali oleh Peter A Rohl, Panta Rei, Januari 2008.
  • sandiwara pemuda 

0 komentar: