Pages

Thursday, October 21, 2010

Jalan Menggapai Ketinggian Ruhani

Ada jalan-jalan yang harus dilalui ketika kita ingin menggapai ketinggian maknawiyah. Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan sebagai jalan ketaqwaan.

"hai orang-orang yang beriman jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan an menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni segala dosamu. dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. An fall: 29)

"barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka" (QS. Ath-Thalaq 2-3)

1. Mu'ahadah (mengingat perjanjian)
"dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamuberjanji" (An-Nahl:91)
dalam bermu'amalah hendaknya kita berkholwat dengan Allah sambil mengingat betapa setiap hari kit senantiasa berikrar dihadapan Allah dengan dua kalimat syahadat. setiap hari kita berikrar kepada Allah dengan Iyyakana'budu waiyyakanasta'in. jika kita resapi dan laksanakan dengan kesungguhan, maka Insya Allah akan kita rasakan betapa janji, ikrar, sumpah yang kita ucapkan membutuhkan pembuktian

"jika anda mengharuskan diri untuk komitmen terhadap janji yang diikrarkan minimal 17 kali dalam sho;at kemudian anda mewajibkan supaya anda meniti tangga menuju ikrar tersebut...

2. Muroqobah (Merasakan kesertaan Allah)
" Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sholat) dan melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud" ( QS. Asy-Syura: 218-219)

"Hendaklah kamu beribadah kepada Alla seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu memang tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu" (Al Hadist)

jadi muraqobah adalah merasakan keagungan Allah Azza Wajalla di setiap waktu dan keadaan serta merasakan kebersamaan Allah dikala sepi atau ramai.
untuk itu cara menggapai muqorabah, yakni sebelum memulai sesuatu amal dan disaat mengerjakan, hendaknya seseorang memeriksa dirinya... Apakah dalam setiap gerak dalam melaksanakan mal dan ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi dan mencari popularitas, ataukah karena dorongan menggapai ridho Allah dan menghendaki pahala-Nya

3. Muhasabah (instropeksi diri)
"hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertaqwalah kepada Allah. Sesusungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"

makna muhasabah disini, hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridha Allah ataukah amalnya bersifat riya', juga apakah dia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?

sungguh indah apa yang diungkapkan umar bin khatab "hisablah diri kalian sebelum dihisab, timbanglah diri kalian sebelum ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk pertunukkan yang agung (hari kiamat). dihari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang saru pun."

4. mu'aqobah ( pemberian sanksi)

"dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan)hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa (QS. Al Baqorah: 178)

sanksi yang diisyaratkan dalam ayat ini adalah apabila seorang mukmin menemukan kesaahan pada dirinya maka tak pantas baginya membiarkannya. sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan makin mudah baginya melakukan pelanggaran-pelanggaran yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkan. dan dalam memberikan sanksi, tidak boleh dengan sesuatu yang haram

Mari kita perhatikan kisah Uar bin Khatab yang pergi ke kebunnya. ketika ia pulang dari kebunnya mendapati orang-orang sudah selesai sholat ashar berjama'ah. maka beliau berkata, " Aku hanya pergi untuk senuah kebun, aku pulang orang-orang sudah selesai sholat ashar. kini kebunku akan kujadikan shodaqoh bagi orang-orang yang miskin."

5. Mujahadah (kesungguhan)
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencarikan keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alla benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik" (QS. Al Ankhabut: 69)

makna Mujahadah disini adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi amal-amal sunah serta ketaatan lainnya, maka ia memaksakan dirinya melakukan amalan-amalan sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini dibutuhkan ketegasan, keseriusan dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia bagi di bagi dirinya dan menjadi sikap yang melekat bagi dirinya.



inspirasi:
M.Muttaqwiati
2007
Bercinta di Taman Surga
Afra Publishing
Indiva Media Kreasi
68-72

0 komentar: